Tuesday, June 15, 2010

Danau Toba

Gunung Api Toba Meletus Tiga Kali

Gunung Api Toba yang terbentuk ratusan juta tahun silam ternyata meletus tak hanya sekali. Beberapa peneliti menemukan bahwa gunung itu telah meletus sebanyak tiga kali dan berubah menjadi danau raksasa, panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, membentang di jantung Pulau Sumatera.

Letusan pertama terjadi 840 juta tahun lalu yang menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Parapat dan Porsea. Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu dan membentuk kaldera di utara danau, di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol.

Letusan ketiga merupakan yang terdahsyat. Letusan yang terjadi antara 71.000 sampai 74.000 tahun lalu itu menyempurnakan bentuk kaldera menjadi wujud Danau Toba dan Pulau Samosir sekarang.

Letusan terakhir ini pulalah yang dampaknya paling dirasakan manusia. Jumlah material letusan yang dikeluarkan Gunung Toba mencapai 3.000 kilometer kubik. Jumlah ini adalah 3.000 kali letusan Gunung St Helena pada 1980.

Akankah gunung yang sudah berubah menjadi danau itu meletus kembali dengan kekuatan yang setara seperti prediksi Profesor Ray Cas dari School of Geoscience, Universitas Monash, Australia, beberapa waktu lalu?

Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan, kaldera Danau Toba tidak termasuk gunung aktif lagi, meski sejumlah aktivitas seismik sempat terpantau di sana.

Gunung Pusuk Buhit yang berada dekat danau itu memang mengeluarkan asap solfatara di puncaknya. Menurut Surono, gunung itu diklasifikasikan sebagai Gunung Api Tipe C dan tidak ada hubunagnnya dengan Gunung Api Toba. "Saya lebih percaya (Pusuk Bukit) terjadi karena aktifitas sesar saja, tidak ada hubungannya dengan magmatik Danau Toba," katanya kepada Tempo pada akhir pekan lalu.

Danau Toba alias Gunung Toba itu yang masih aktif, meski status keaktifannya saat ini adalah dormant (tidur panjang). Sisa-sisa aktifitas Gunung Toba terhampar di kawasan bukit Pusukbukit di tepi barat danau ini, dalam bentuk kerucut kecil vulkanis dengan beberapa titik mata air panas (hotsprings) di kakinya. Sama halnya dengan Gunung Toba, bukit Pusukbukit ini mendapatkan magmanya dari dapur magma di kedalaman 50 km dari permukaan tanah. Penanda lainnya dari aktivitas Toba adalah kenaikan gradual (perlahan) Pulau Samosir, yang ditunjukkan dengan keberadaan lapisan-lapisan sedimen danau di pulau ini. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa dalam dapur magma sedang terjadi proses pengisian magma kembali (refiling). Ini membuat tekanan dalam dapur magma meningkat sehingga ia sampai bisa mengangkat pulau sedikit demi sedikit. Namun proses ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Tekanan dapur magma Gunung Toba baru akan mencapai situasi yang sama dengan kondisi pada saat meletus 74.000 tahun silam pada setidaknya 400.000 - 600.000 tahun ke depan. Jadi jangan terlalu dikhawatirkan.

Salah satu letusan gunung terbesar di dunia pada 70 ribu tahun yang lalu, Gunung Api Toba di Sumatera Utara, ternyata bukanlah malapetaka besar pada iklim dunia. Namun, letusan itu memang terbilang yang terkuat yang pernah dirasakan planet bumi selama dua juta tahun terakhir.

Itulah hasil penelitian sebuah tim ilmuwan dari Universitas Cambridge dan Universitas Readning dari Inggris; Institut Smithsonian, Amerika Serikat; Universitas Karnatak, India; serta Universitas Queensland dan Universitas Wollongong dari Australia. Tim itu dipimpin Michael Petraglia dari Cambridge.

Menurut para peneliti, seperti dimuat pada majalah Science edisi Kamis pekan lalu, hipotesis bahwa letusan Toba telah mendinginkan bumi secara drastis dan merupakan pembunuh manusia paling banyak hanya didukung bukti-bukti yang lemah.

Mereka menemukan serangkaian artefak batu di India bagian selatan yang mengindikasikan bahwa populasi manusia tak banyak berubah setelah letusan gunung itu.
Alat-alat batu tersebut ditemukan pada lapisan tanah yang bercampur dengan satu layer debu dari Gunung Api Toba. Secara mendasar, tingkat evolusi alat batu itu sama dengan temuan artefak dari level yang di bawahnya (dari masa yang lebih dahulu).

Sedikitnya perbedaan pada bentuk morfologi artefak pada layer gunung api dan layer di bawahnya mengindikasikan bahwa letusan gunung api itu tak terlalu signifikan seperti yang diduga sebelumnya. Para peneliti tersebut mengatakan memang masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut, terutama mencari tahu bagaimana aspek-aspek dari migrasi manusia pada masa letusan itu.

Letusan Gunung Toba diperkirakan mencapai level 8 dalam indeks letusan gunung api atau terbilang sebagai letusan megakolosal. Bill Rose dan Craig Chesner dari Universitas Teknologi Michigan menghitung bahwa material erupsinya mencapai 2.800 kilometer kubik--sekitar 2.000 kilometer kubik permukaan bumi terangkat dan sekitar 800 kilometer kubik di antaranya hancur menjadi abu.

Sebagai perbandingan, letusan Gunung Tambora di Sumbawa pada 1815 "hanya" mengeluarkan material 100 kilometer kubik. Danau Toba, yang bisa disaksikan kini, adalah kaldera yang terbentuk akibat letusan dahsyat tersebut.
















Wikipedia

1 comment: