I found this at facebook, this is a very simple story but has a good lessons ..
Alkisah... Ada seorang raja yang memerintah sebuah negeri. Namun, raja ini kurang bijaksana dan ia selalu menuntut agar rakyatnya memenuhi semua permintaannya. Suatu hari, raja ini berkata kepada pengawalnya, "Aku ingin agar semua jalanan di negeri ini dilapisi dengan kulit sapi. Kakiku selalu sakit berjalan di tanah berbatu dengan bertelanjang kaki." Sang pengawal pun menjadi bingung dan resah, ia berpikir bagaimana mungkin seluruh jalan di negeri ini dilapisi dengan kulit sapi?? Berapa banyak sapi yang harus dikorbankan?? Maklumlah, pada waktu itu belum dikenal adanya alas kaki, dan semua orang berjalan dengan kaki telanjang. Pengawal yang kebingungan ini pun menceritakan masalah ini kepada istrinya. Namun apa daya, si istri pun sama saja, kebingungan. Namun, tiba-tiba anak mereka yang baru berusia 10 tahun tertawa dan berkata, "Hahaha, raja kita bodoh sekali ya! Mengapa harus melapisi semua jalanan dengan kulit sapi?? Lapisi saja kakinya dengan kulit sapi, bukankah begitu lebih mudah??"
Mungkin kita tertawa mendengarkan cerita ini... Betapa bodohnya raja itu! Demi kepentingan dirinya, ia rela mengorbankan ribuan sapi untuk diambil kulitnya. Namun, ternyata seringkali kita juga melakukan hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh raja itu.
Pertama. Seringkali kita berpikir untuk melakukan perubahan-perubahan besar. Hal-hal yang diluar kemampuan dan jangkauan kita, namun terkadang kita lupa kalau sebenarnya kita bisa melakukan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Think globally act locally, pernah mendengar kalimat ini?? Raja itu berpikir untuk melapisi jalanan seluruh negeri itu dengan kulit sapi, hal yang mustahil bukan?? Namun, menggunakan sepotong kecil kulit sapi untuk melapisi kaki, sebuah hal yang sangat mudah kan?? Bagaimana hasil keduanya, apakah ada perbedaan?? Dua-duanya sama-sama membuat si raja dapat berjalan dengan nyaman. Namun, pengorbanannya sungguh berbeda kan?? Sepotong kecil kulit sapi untuk membuat sandal, dan ribuan kulit sapi untuk melapisi jalanan seluruh negeri.
Yang kedua. Ketika kita dihadapkan dengan orang lain, atau mungkin sekelompok orang, seringkali kita merasa tidak cocok, dan kita berharap agar mereka dapat berubah untuk kita. Sama seperti si raja itu, yang merasa tidak cocok dengan jalanan berbatu yang kasar. Ia berharap agar semua jalan itu berubah untuk dirinya. Kembali ke kehidupan kita. Ketika kita merasa tidak cocok dengan sekelompok orang atau suatu lingkungan tertentu, sadarkah kita bahwa kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang banyak dan bersifat luas?? Tidak mungkin kita berharap mereka semua akan berubah untuk kita yang hanya satu orang. Lalu, bagaimana caranya?? Kitalah yang harus berubah dan menyesuaikan diri dengan kelompok atau lingkungan di mana kita berada. Namun ingat, kita harus tetap mempertahankan nilai-nilai baik yang ada dalam diri kita, karena itulah identitas kita. Berubah bukan berarti menjadi orang lain, namun seharusnya berubah adalah proses transformasi menjadi pribadi yang lebih baik. Dan dengan begitu, baik diri kita, kelompok kita, maupun lingkungan di mana kita berada, semuanya akan merasa nyaman, karena semuanya saling mengerti dan menerima.
Dunia tidak akan berubah untuk kita dan karena kita. Namun, jika kita melakukan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri, dunia pasti jadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali. Dan, setelah itu, bukan berarti kita tidak bisa membawa sedikit perubahan untuk dunia ini kan ?? Tuhan memberkati :)
No comments:
Post a Comment